Rabu, 06 September 2017

Definisi Gandrung

Definisi Gandrung

gandrung
penari gandrung


 Tari Gandrung merupakan kesenian asli masyarakat Osing Banyuwangi. Kata Gandrung yang berarti tergila-gila atau terpesona. Maksudnya adalah terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri yaitu Dewi padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Ungkapan rasa syukur masyarakat setiap habis panen mewujudkan suatu bentuk kegembiraan sebagaimana penampilan Gandrung. Yang menarik dalam Gandrung, selain ragam gerak adalah tata busana tarinya, karena tata busana dalam Gandrung memiliki ciri dan makna yang bisa dicermati dari bentuk ragam hias dan makna warna dasar busana.

Berbicara gandrung dengan banyuwangi bagaikan dua sisi mata uang logam yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Bagaikan nyawa dan raga yang juga tidak bisa dipisahkan, dan jika dipisahkan akan menyebabkan Kematian. Mengapa demikian? Karena awal-awal munculnya GANDRUNG ini bersamaan dengan sibuknya masyarakat banyuwangi ketika membuka hutan (BABAT ALAS) Tirtogondo pada tahun 1773 yang nantinya akan menjadi Pusatnya Kabupaten Banyuwangi . Siapakah yang membuka Hutan tersebut ? Belanda atau VOC mengumpulkan rakyat banyuwangi yang sudah kocar kacir ditengah hutan akibat kalah perang bayu pada tanggal 11 Oktober 1772 . Mereka awalnya dikumpulkan karena mereka akan dijanjikan uang namun akhirnya itu semua adalah kebohongan belaka.
Akhirnya setelah mengetahui akal busuk VOC itu sebagaian dari mereka ada yang kembali lagi ketengah hutan . Sedangkan sisanya yang masih mau bertahan memilih menetap di Pusat kota. Seiring berjalannya waktu rakyat banyuwangi yang sudah kocar kacir itu berkeinginan untuk mempersatukan mereka. Maka untuk mewujudkan itu semua maka para pria memiliki akal yaitu dengan cara mengadakan kesenian.
Alat music yang digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian gandrung pada saat itu adalah Terbang (Rebana) dan Kendhang. Sedangkan penarinya adalah seorang pria yang berumur sekitar 7 – 15 tahunan. Kesenian gandrung ini berkeliling keluar hutan untuk menuju perkampungan warga dan menghampiri mereka sambil membawa kenthongan yang berguna untuk wadah beras sebagai upah dari hasil mempertunjukkan kesenian gandrung ini.

Beras yang sudah dikumpulkan dari hasil keliling kampung sambil joget dan diiringi gending banyuwangi dan rebana serta kendang tersebut dibagi-bagikan kepada saudara-saudara senasib yang sekarang masih berada didalam hutan.
Akhirnya, Lagu-lagu klasik Gandrung Banyuwangi yang saat ini masih lestari pada saat itu berisi Syair-syair tentang perjuangan rakyat blambangan dan berisi tentang kekejaman VOC serta betapa Tragisnya kehidupan rakyat pada saat itu sehingga dengan dilantunkannya gending-gending tersebut akan menambah semangat berjuang rakyat blambangan yang masih tersisa.
Disamping itu para pelantun syair yang bisa menghayati sehingga membuat pendengar bisa menangis tersedu-sedu karena mereka bisa mengingat saudara-saudara mereka yang Kepalanya di Penggal VOC, digantung dipepohonan dan beberapa ditancapkan di Pagar sepanjang jalanan Bayu (sebuah wilayah banyuwangi) .
Pada tanggal 7 November 1772, Banyak rakyat Blambangan yang berada di Bayu ditangkap VOC  sebanayak 2.505 orang. segitu banyaknya yang ditangkap bahkan para Pria pada saat itu tubuhnya dibebani dengan Besi dan batu serta diceburkan kedalam lautan.
Melalui kesenian Gandrung, Akhirnya rakyat blambangan merasa tergugah semangat juangnya, merasa senasib dan seperjuangan sehingga Rakyat blambangan yang awalnya kocar-kacir ditengah hutan bisa berkumpul lagi untuk berjuang bersama-sama. Beberapa dari mereka ada juga yang mau kembali ke kampung halaman yaitu di BAYU namun ada juga sebagian yang masih tetap tinggal dihutan. dan ada juga yang mau turun Gunung tetapi lebih senang membuka desa baru diluar desa bayu yaitu diKota banyuwangi.
Lagu bagaimana kelanjutan Kesenian Gandrung Banyuwangi ketika sudah terwujud? Apakah lantas bubar? Ternyata tidak, mereka masih sering tampil diacara-acara hajatan warga yang biasanya diadakan malam hari.
Namun ketika bulan purnama biasanya penontonnya semakin banyak. Menurut sejarah Gandrung pada saat itu dimainkan oleh Pria dan Penari gandrung Pria yang terakhir adalah gandrung Marsan yang meninggal sekitar tahun 1890-an. Selanjutnya lima tahun setelah itu Tari gandrung terlihat vakum karena belum muncul regenerasi lagi.
Tetapi ketika tahun 1895 baru muncullah Gandrung wanita yang dinamakan Gandrung SEMI. sehingga Gandrung Semi inilah yang menjadi cikal bakal gandrung wanita sampai saat ini. Lalu, siapakah SEMI itu?
Beliau adalah seorang gadis perawan dari Cungking (Sebuah wilayah diBanyuwangi), beliau adalah anaknya Mas Ramidah atau Mak Midah. Makamnya Gandrung semi sampai sekarang masih ada dan terletak Wilayah Balai Kelurahan Mojopanggung Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi.
sumber : https://kanal3.wordpress.com/tag/filosofi-gandrung-banyuwangi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar