Senin, 11 September 2017

Perkembangan Terakhir Tari Gandrung

Perkembangan Terakhir Tari Gandrung


Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun bahkan mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.



Sejak tahun 2000, antusiasme seniman-budayawan Dewan Kesenian Blambangan meningkat. Gandrung, dalam pandangan kelompok ini adalah kesenian yang mengandung nilai-nilai historis komunitas Using yang terus-menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Dengan kata lain, Gandrung adalah bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat Using.


Di sisi lain, penari gandrung tidak pernah lepas dari prasangka atau citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi amat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan dan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak Desember 200, Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul pematungan gandrung terpajang di berbagai sudut kota dan desa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serikat.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi#Perkembangan_terakhir
banyuwangi
gandrung sewu 2013

Melihat Kesenian Gandrung Dari Beberapa Aspek

Melihat Kesenian Gandrung Dari Beberapa Aspek


banyuwangi
kreasi kostum gandrung

Dari Segi Ekonomi

Gandrung modern merupakan bentuk gandrung yang sudah berubah bentuk dari kesenian tradisional yang berorientasi kepada tradisi dan adat menjadi gandrung yang berorientasi pada materi atau ekonomi. Hal ini memang wajar mengingat kesenian gandrung juga merupakan tontonan hiburan yang dapat dijadikan tempat rekreasi pikiran. Selain itu, penari gandrung untuk menampilkan kesenian gandrung, kelompok kesenian gandrung memelukan biaya yang tidak sedikit untuk transportasi, pengadaan dan perawatan kostum dan alat musik, sampai biaya makan dan pengganti waktu yang terbuang. Oleh karena itu sudah sepantasnya apabila penampilan kelompok kesenian gandrung harus diganti dengan pamrih dalam bentuk materi.


Upaya Pelestarian Tari Gandrung

Upaya Pelestarian Tari Gandrung


banyuwangi
gandrung banyuwangi

Upaya melestarikan Tari Gandrung antara lain :

1.      Memanfaatkan kesenian tradisional secara optimal dengan menghormati hak-hak sosial dan budaya masyarakat yang berkepentingan. Salah satu faktor rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan atas kesenian tradisional adalah kurangnya minat terhadap kesenian itu sendiri. Tidak jarang kesenian tradisional Indonesia lebih diapresiasi oleh pihak asing dibandingkan oleh masyarakat Indonesia. Beberapa karya adaptasi atas kesenian tradisional Indonesia justru dilakukan oleh seniman asing dan ternyata mendapat sambutan yang positif.

Kamis, 07 September 2017

Musik Pengiring Tari Gandrung

Musik Pengiring Tari Gandrung

banyuwangi
musik pengiring tari gandrung [1]
banyuwangi
musik pengiring tari gandrung [2]



   Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau duabuah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjakatau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas memberi semangat

Tahapan Pertunjukkan Tari Gandrung

Tahapan Pertunjukkan Tari Gandrung

gandrung banyuwangi
salah satu tahapan tari gandrung yaitu "jejer"

a) Jejer
Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.
b) Maju

Komposisi Koreografis Tari Gandrung

Komposisi Koreografis Tari Gandrung


banyuwangi
salah satu gerakan dalam tari gandrung

  1.  Titik tumpu, pada umumnya tarian Banyuwangi, bertitik tumpu pada berat badan terletak pada tapak kaki bagian depan (jinjid).
  2. Tubuh bagian dada di dorong kedepan seperti pada tari Bali
  3. Gerak tubuh ke depan yang di sebut dengan ngangkruk
  4. Gerak persendian; terbagi dalam gerak leher, misalnya:
  5. Deleg Duwur, yaitu gerakan kepala dan leher yang digerakkan hanya leher bagian atas saja, gerak kepala ke kiri dan ke kanan.

Tata Busana dan Tata Rias Penari Gandrung

Tata Busana dan Tata Rias Penari Gandrung

gandrung banyuwangi
tata busana gandrung


OMPROG
Omprog atau pernah disebut omprong yaitu hiasan kepala seperti mahkota yang dibuat dari kulit lembu dengan berbagai ragam pahatan dan diberi rumbai pada bagian belakang sebelah bawah yang dihiasi dengan warga kuning emas, dibagian atas dihiasi kembang goyang yaitu bentuk untaian bunga yang terbuat dari kulit atau logam ditopang dengan per dengan warna kuning emas sehingga saat gandrung menari dapat bergoyang.

Rabu, 06 September 2017

Sejarah Gandrung

Sejarah Gandrung

banyuwangi
penari gandrung ( foto diambil pada tahun 1910-1930)

Kesenian gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabadnya hutan “Tirtagondo” (Tirta arum) untuk membangun ibu kota Balambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang) atas prakarsa Mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang Demikian antara lain yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu.

Mengenai asalnya kesenian gandrung Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut: Asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya di dalam sebuah kantong. (Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”).

Apa yang ditulis oleh Joh Scholte tersebut, tak jauh berbeda dengan cerita tutur yang disampaikan secara turun-temurun, bahwa gandrung semula dilakukan oleh kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana (terbang). Mereka setiap hari berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Balambangan sebelah timur (dewasa ini meliputi Kab. Banyuwangi) yang jumlahnya konon tinggal sekitar lima ribu jiwa, akibat peperangan yaitu penyerbuan Kompeni yang dibantu oleh Mataram dan Madura pada tahun 1767 untuk merebut Balambangan dari kekuasaan Mangwi, hingga berakirnya perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dimenangkan oleh Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772. Konon jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri, tertawan, hilang tak tentu rimbanya atau di selong (di buang) oleh Kompeni lebih dari enam puluh ribu jiwa. Sedang sisanya yang tinggal sekitar lima ribu jiwa hidup telantar dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan terpencar cerai-berai di desa-desa, di pedalaman, bahkan banyak yang belindung di hutan-hutan, terdiri dari para orang tua, para janda serta anak-anak yang tak lagi punya orang tua.(telah yatim piyatu) dan selain itu ada juga yang melarikan diri menyingkir ke negeri lain. Seperti ke Bali, Mataram, Madura dan lain sebagainya.

Pertunjukan Gandrung Banyuwangi


Pertunjukan Gandrung Banyuwangi

istana negara
pertunjukksn tari gandrung di Istana Merdeka


Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).[butuh rujukan]Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.[butuh rujukan] Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju".


Definisi Gandrung

Definisi Gandrung

gandrung
penari gandrung


 Tari Gandrung merupakan kesenian asli masyarakat Osing Banyuwangi. Kata Gandrung yang berarti tergila-gila atau terpesona. Maksudnya adalah terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri yaitu Dewi padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Ungkapan rasa syukur masyarakat setiap habis panen mewujudkan suatu bentuk kegembiraan sebagaimana penampilan Gandrung. Yang menarik dalam Gandrung, selain ragam gerak adalah tata busana tarinya, karena tata busana dalam Gandrung memiliki ciri dan makna yang bisa dicermati dari bentuk ragam hias dan makna warna dasar busana.

Berbicara gandrung dengan banyuwangi bagaikan dua sisi mata uang logam yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Bagaikan nyawa dan raga yang juga tidak bisa dipisahkan, dan jika dipisahkan akan menyebabkan Kematian. Mengapa demikian? Karena awal-awal munculnya GANDRUNG ini bersamaan dengan sibuknya masyarakat banyuwangi ketika membuka hutan (BABAT ALAS) Tirtogondo pada tahun 1773 yang nantinya akan menjadi Pusatnya Kabupaten Banyuwangi . Siapakah yang membuka Hutan tersebut ? Belanda atau VOC mengumpulkan rakyat banyuwangi yang sudah kocar kacir ditengah hutan akibat kalah perang bayu pada tanggal 11 Oktober 1772 . Mereka awalnya dikumpulkan karena mereka akan dijanjikan uang namun akhirnya itu semua adalah kebohongan belaka.
Akhirnya setelah mengetahui akal busuk VOC itu sebagaian dari mereka ada yang kembali lagi ketengah hutan . Sedangkan sisanya yang masih mau bertahan memilih menetap di Pusat kota. Seiring berjalannya waktu rakyat banyuwangi yang sudah kocar kacir itu berkeinginan untuk mempersatukan mereka. Maka untuk mewujudkan itu semua maka para pria memiliki akal yaitu dengan cara mengadakan kesenian.
Alat music yang digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian gandrung pada saat itu adalah Terbang (Rebana) dan Kendhang. Sedangkan penarinya adalah seorang pria yang berumur sekitar 7 – 15 tahunan. Kesenian gandrung ini berkeliling keluar hutan untuk menuju perkampungan warga dan menghampiri mereka sambil membawa kenthongan yang berguna untuk wadah beras sebagai upah dari hasil mempertunjukkan kesenian gandrung ini.